Memahami Budaya Ikut-ikutan Dalam Cerpen The Man Who Shouted Teresa
Jadi gini loh, saya kan emang kemaring rebranding blog ini, salah satunya
dengan penambahan kategori baru. Saya dari kemarin banget udah mikirin kategori
ini, soalnya biar ilmu yang saya punya kepake, dan bisa sharing sama orang
lain.
Saya milih short story soalnya ini kemaren objek penelitian skripsi saya.
Story yang saya pilih juga yang berbahasa inggris, dan yang punya versi
terjemahannya. Biasanya saya baca dari fiksi lotus kalo buat terjemahan.
Apa yang saya analisis? Atuh analisis sederhana aja, soalnya tujuannya buat
meningkatkan minat membaca, dan mengenal dunia lain, juga biar kita sama-sama
belajar diskusi dan berpikir kritis. Sebenernya ngga seberat itu kok. Saya juga
masih sangat kurang, dan masih belajar. Saya ngga kritis, ngga pinter melihat
permasalahan dalam sebuah karya, makanya saya juga belajar lewat blogpost ini.
Saya rencana bikin blogpost ini tiap dua minggu sekali, soalnya analisis
cerpen mah ga gampang. Saya juga harus milih cerita dengan tema yang cocok sama
keadaan yang sering terjadi di Indonesia, supaya bisa buka pikiran kita semua.
Okelah langsung aja.
Tentang Penulis
Italo Calvino ini adalah jurnalis dan penulis Italia yang terkenal, lahir
di th 1923, yang karya-karyanya banyak di terjemahin di seluruh dunia. Karyanya
ada banyak banget, selain kumpulan cerpen, beliau juga menulis beberapa novel.
Summary
'Aku' berdiri di depan sebuah apartemen, mengumpulkan tenaga lalu berteriak
keras memanggil Teresa. Aku melakukannya beberapa kali, hingga tak lama seorang
pria asing datang membantuku memanggil Teresa. Kemudian, beberapa orang dan
beberapa kelompok mulai ikut membantu memanggil Teresa. Mereka bahkan
bersama-sama mengatur agar suara mereka menjadi terpadu dan berlatih beberapa
kali sebelum akhirnya kembali mencoba memanggil Teresa. Seseorang akhirnya
bertanya, apakah Aku yakin bahwa Teresa ada di rumah. Sebenarnya, aku tidak
tau. Semua orang tampak kesal. Tapi, kami mencoba memanggil Teresa sekali lagi,
sebelum akhirnya membubarkan diri. Aku bahkan mendengar ada suara teriakan
memanggil Teresa, Aku yakin bahwa masih ada diantara kami yang ada disana.
Baca Cerita Lengkap : Bahasa Inggris | Bahasa Indonesia
Discussion
Saya masih belum nemu judul dalam bahasa Italianya, tapi judul bahasa
inggrisnya adalah The Man Who Shouted Teresa, dan ketika
diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sama mbak Maggie jadi Teresa aja. Cerpen
The Man Who Shouted Teresa ini ada di dalam buku analogi cerpen karya
beliau, judulnya Numbers in The Dark yang pertama kali
dipublish tahun 1996.
Cerpennya bagus dan sederhana. Ngga ada detail mendalam tentang siapa si
pemuda, atau teresa, bahkan latar tempatnya disitu aja, didepan sebuah
apartemen. Ngga ada scene yang macem-macem tapi dari scene yag ada di cerpen
itu bisa kita sadarin kalo ada sesuatu yang ngena banget.
Cerpen ini menunjukkan budaya ikut-ikutan yang sering dilakuin masyarakat,
tanpa tau untuk apa, atau mikirin apa yang dilakuin. Ya itu tadi
contohnya, ada pemuda yang manggil Teresa, terus yang lain ikut-ikutan manggil
Teresa, dengan dalih mau membantu.
Padahal, mereka ga tau siapa itu Teresa, buat apa pemuda tadi manggil
Teresa, dan lain sebagainya. Setelah beberapa lama baru mereka tanya apa bener
Teresa ada di apartemen.
"Well, then, excuse my
curiosity," the one with the freckled voice asked, "but who lives
here?"
"I really wouldn't know,"
I said.
People were a bit upset about this.
"So, could you please
explain," somebody with a very toothy voice asked, "why you are down
here calling out Teresa."
"As far as I am
concerned," I said, "we can call out another name, or try somewhere
else if you like."
DANG. Ngeselin sih jawabannya si Aku ini, tapi ya kenapa juga mereka
ikut-ikutan manggil Teresa tanpa tau maksudnya apa.
Menurut saya, cerita ini sesuai sama gambaran masyarakat
Indonesia, terutama sekarang, dimana jaman semakin berkembang
dan semua serba digital. Orang semakin mudah ngakses internet,
informasi apapun mau itu baik atau buruk bisa kita dapet dengan mudah. Makanya
budaya latah itu juga mudah terjadi. Biasanya sih, yang identik
sama 'ikut-ikutan' itu yang terkait sama trend, misalnya fashion atau beauty.
Kalo sekarang, ada satu tren yang saya amati, yaitu budaya ikut-ikutan
share informasi. Sering lho saya temuin orang share info A atau B, yang padahal
sebenernya info itu ngga bener. Tapi, karena dikemas sedemikian rupa yang bikin
orang yang melihat itu seolah bener-bener informasi bermanfaat, tanpa kroscek
kebenaran, akhirnya info itu di share.
Saya juga pernah baca satu forum, di grup facebook, dimana ada anggota (A)
yang ‘ngelabrak’ pengguna lain (F) karna dia (F) nyebarin info ngga bener.
Ketika dilabrak, tau apa pembelaan si F?
“Saya kan cuma
nge-share, bukan saya yang pertama kali bikin tulisan itu”
HUH gemash banget.
Banyak juga kan sekarang kita temuin share-post di timeline kita, yang
infonya tu banyak yang provokatif, ngga bener, click bait, dan lain-lain.
Astaga saya mau gila rasanya. Kalau infonya positif dan bener bermanfaat sih
bagus, lho kalau infonya ga bener, atau malah yang menghasut kebencian gimana?
Oke, balik lagi tentang analisis cerpen ini. Ada pendapat orang
lain (sumber) yang menganalogikan cerpen ini sama sebuah perusahaan,
produk, dan media marketing. Penggambarannya gini, si pemuda tadi adalah sebuah
perusahaan, dan teresa adalah produknya. Supaya produknya bisa laku terjual,
maka dibutuhkan marketing atau media.
Nah teriakan si pemuda tadi itu bisa dianggap sebagai marketing atau
medianya. Dari teriakan itu orang-orang jadi tau tentang 'Teresa' dan bahkan
ikut-ikutan teriak 'Teresa' sebagai gambaran bahwa orang lain ikut
mempromosikan produk itu. Contoh yang menggambarkan analogi ini:
So we did it one more
time. "One two three Teresa!" but it did not come out very well. Then
people headed off for home, some one way, some another.
I had already turned into the square when
I thought I heard a voice still calling: "Tee-reee-sa!"
Someone must have stayed on to shout.
Someone stubborn.
Nah, percakapan di atas ini, mereka yang ikut teriak Teresa akhirnya paham
kalo Teresa itu entah siapa dan mereka juga ga paham kenapa manggil Teresa di
depan apartemen –entah punya siapa-. Tapi akhirnya, mereka nyoba manggil Teresa
sekali lagi, sebelum akhirnya pulang. Nah masalahnya, setelah mereka bubar,
ternyata ada aja yang masih manggil Teresa. Itulah yang dimaksud dari analogi
tadi.
---
Jadi begitulah, yang sepengetahuan saya, Italo Calvino emang sering bikin
karya yang satire yang tujuannya buat mengkritik masyarakat. Ngga
cuma cerpen ini aja, contoh lainnya ada The Black Sheep.
Udah, saya ga sanggup lagi. Sejauh ini, itu yang bisa saya pikirkan ketika
analisis cerita ini. Masih analisis sederhana, tapi semoga bisa kasih manfaat
buat yang baca hihi.
Ada yang udah baca juga? Gimana menurut kalian? Apa pesan yang disampaikan
sama Italo Calvino di cerpen The Man Who Shouted Teresa ini?
Hahaha ngeselin amat yaaaa. Tapi keren mbak analisisnya. Kalau saya sih boro-boro mau analisis cerpen. Thanks for sharing yaaa.
ReplyDeleteThank you :)
DeleteAnalisis saya masih sederhana banget dan masih level ecek-ecek kok haha
wah keren euy ada analisis cerpen. kalau aku masih sebatas review biasa aja atas buku-buku yang aku baca. tapi ada satu cerpen yang pernah aku baca pengen aku bahas sayang lupa sama judulnya.
ReplyDeleteIni juga review biasa mbak hehe, malah ini mah cuma a piece of analisis aslinya
DeleteAyo mbak yang semangat pasti bisa bikin review bagus :)
Waktu masih SMA dulu aku suka banget nganalisis cerpen gini, terutama cerpen sastra, hobby banget deh. Tapi setelah lulus SMA lanjut kuliah jurusan IT, konsentrasinya udah beda lagi. Jadi inget masa2 itu hehhehe.
ReplyDeletewww.ursula-meta.com
Waaah jarang-jarang ya kayaknya dulu anak sma analisis cerpen, keren lho mbak...
DeleteHehehe.. Ya gitu deh. Ikut duluan, bertanya kemudian��
ReplyDeleteHehe kan, nanti kalo gimana-gimana baru marah
Delete